Guru Besar Fisip UI Sebut Peneribitan Sprindik Baru Setya Novanto Diniali Sia-sia

Pimpinan DPR sikapi status tersangka Setnov. ©2017 merdeka.com/muhammad luthfi rahman

Menit.co.id – Guru besar Fisip Universitas Indonesia, Burhan Djabir Magenda menyebut putusan praperadilan Setya Novanto sulit diputarbalikkan. Sehingga, ia menilai upaya KPK menerbitkan sprindik baru sia-sia.

“Susah itu butuh dua alat bukti baru, bukti tidak ada lagi,” ujar Burhan yang mengaku kerabat Setnov saat menjenguk ketua DPR itu di RS Premier Jatinegara, Jakarta Timur, Senin (2/10).

Menurut Burhan, walaupun ada bukti baru hal itu mengada-ada. Sebab, dia meyakini sudah tidak ada bukti yang bisa menjerat Setnov. “Bisa tapi saya kira susah, apalagi sudah diexplore semua. Mau apalagi yang dicari saya enggak tahu,” ujar dia.

Sebab itu, ia menilai putusan praperadilan Setnov yang dibacakan hakim tunggal Cepi Iskandar sudah tidak bisa digugat. “Saya kira sudah final, hakim melihat semua fakta hukum jadi kecil kemungkinannya,” pungkasnya.

Kita Harus Lihat Pandangan Masyarakat Pasca Bebasnya Setya Novanto

Ketua Umum Golkar Setya Novanto menang praperadilan atas penetapan tersangka dalam kasus korupsi proyek e-KTP. Dengan putusan ini, penetapan tersangka oleh KPK telah dibatalkan hakim PN Jaksel yang dipimpin oleh Cepi Hakim.

Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar Ace Hasan Syadzily menilai, Golkar perlu menggelar rapat membahas kondisi terkini. Termasuk tentang kemenangan sang ketum di praperadilan.

“Saya kira penting rapat pleno diselenggarakan dalam konteks kita menanggapi dinamika yang terjadi setelah praperadilan,” kata Ace di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/10).

Menurutnya, Golkar harus melihat pandangan masyarakat atas putusan dari Ketua Umum DPP Partai Golkar tersebut. Selain itu, kata dia, juga perlu ada survei baru mengenai elektabilitas Golkar pasca Novanto menang di praperadilan.

“Kita harus melihat bagaimana padangan masyarakat juga pasca bebasnya Novanto tapi dalam praperadilan. Preverensi publik sangat penting Partai Golkar menentukan sikap politiknya. Partai Golkar mengedepankan prinsip suara rakyat,” ungkapnya.

“Itu perlu diuji oleh survei terbaru. (soal elektabilitas Golkar parsa Novanto menang di praperadilan) dan tentu kami belum melakukan survei baru tersebut sebagai kader Golkar tentu berharap dengan kasus yang terjadi pada kasus yang terjadi pak Setya Novanto,” ujarnya.

Seperti diketahui, Tim Pengkajian menyebutkan elektabilitas Golkar di bawah 10 persen. Oleh sebab itu, Tim merekomendasikan agar Novanto nonaktif untuk fokus menghadapi persoalan hukum dan kesehatannya.

Namun hasil kerja tim pengkajian di bawah pimpinan Yorrys Raweyai menimbulkan gejolak baru di internal. Banyak yang menolak hasil tersebut.

(mdk/mdk)