Petaka Crane Proyek Rel Ganda yang Jatuh di Jatinegara

KRL melintas di samping crane proyek pembangunan kontruksi jalur rel dwi ganda atau "double-dobel track (DDT)" yang roboh di Jalan Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta, Minggu (4/2/2018).| ANTARA FOTO

Menit.co.id – Satu lagi kecelakaan kerja yang menimpa pekerja konstruksi infrastruktur pembangunan terjadi pada 2018.

Minggu (4/2/2018), sekitar pukul 04.30 WIB, sebuah crane yang mengangkat beton dalam proyek jalur ganda kereta di kawasan Matraman, Jatinegara, Jakarta Timur, jatuh dan menimpa pekerja.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebut, empat orang meninggal dunia dan satu lainnya mengalami luka ringan akibat tertimpa alat berat itu.

Kapolres Jakarta Timur, Komisaris Besar Yoyon Tony Surya, dalam lansiran Liputan6.com, membenarkan dua korban meninggal di tempat kejadian sementara dua lainnya meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit.

Korban luka saat ini masih dalam penanganan intensif di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Kampung Melayu, Jakarta Timur.

Dalam kronologi yang dimuat BPBD DKI Jakarta di akun Twitternya (@BPBDJakarta), diceritakan kelima karyawan itu hendak memasang bantalan rel menggunakan crane.

“Namun, karena kedudukan tidak pas, tiba-tiba crane terlepas sehingga jatuh mengenai pekerja,” sebut keterangan BPBD.

Identitas keempat korban meninggal dunia itu adalah Jaenuddin (44), asal Karawang, Jawa Barat; Dami Prasetyo (25), asal Purworejo, Jawa Tengah; Jana Sutrisna, asal Bandung, Jawa Barat; dan Joni (35), asal daerah belum diketahui.

Jasad keempatnya kini dibawa ke RS Polri, Jakarta Timur, untuk dilakukan otopsi lebih lanjut. Adapun korban lukanya adalah Zaenal (37), asal Garut, Jawa Barat.

Aparat keamanan masih melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan sudah memasang garis polisi di sekitar lokasi.

Pihak kontraktor, PT Hutama Karya (HK) menegaskan pihaknya akan bertanggung jawab atas kejadian ini, sembari menunggu hasil investigasi dari kepolisian.

Sepanjang 2018, sudah ada tiga kecelakaan kerja yang terjadi pada konstruksi pembangunan jalan. Sebelum crane Jatinegara, konstruksi beton dalam proyek pembangunan Light Rail Transit (LRT) di kawasan Kayu Putih, Jakarta Timur, ambruk pada Senin (22/1/2018).

Tidak ada korban meninggal dunia dalam kecelakaan ini, namun lima pekerja dilaporkan mengalami luka-luka.

Kepolisian Daerah Metropolitan Jaya (Polda Metro) belum merilis hasil investigasi dari kecelakaan ini, pun menetapkan tersangka yang diduga melakukan kelalaian dalam robohnya beton LRT.

Kejadian lainnya terjadi saat balok grider yang berada di antara dua penyangga jembatan di proyek Tol Depok-Antasari patah dan terjatuh, pada Selasa (2/1/2018).

Deputi Manajer Proyek Tol Depok-Antasari dari PT Citra Waspphutowa, Indra Purnadi dalam Kumparan mengatakan, girder patah itu terjadi ketika pemindahan tanah di samping jembatan yang dibangun menggunakan eskavator.

Saat sedang memindahkan tanah, eskavator menyenggol girder yang menyebabkan patahnya seluruh bantalan jalan di ruas itu. Tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu.

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sudah menginstruksikan perbaikan Standar Operasional (SOP) serta penerapan sanksi terhadap kesalahan konstruksi pada seluruh pembangunan jalan yang masif dilakukan pada dua tahun belakangan.

Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono mengatakan akan menerapkan sanksi bagi kontraktor yang terbukti melakukan kelalaian kerja dengan memasukkan mereka ke dalam daftar hitam sehingga tidak bisa digunakan lagi untuk proyek pembangunan lainnya.

Di sisi lain, Ketua Umum Asosiasi Ahli Keselamatan dan Kesehatan Konstruksi Indonesia (A2K4l) Lazuardi Nurdin mengimbau, para kontraktor hendaknya memperhatikan jam kerja pekerja, khususnya mereka yang bekerja malam hari.

“Kalau dia shift malam, dia sudah mulai kelelahan. Faktor itu harus kita cermati dari sisi personil,” sebut Lazuardi dalam Okezone.

Selain itu faktor cuaca seperti musim penghujan di awal tahun juga menjadi faktor lain yang membuat keselamatan pekerja bangunan menjadi lebih riskan. “Kita kan juga tidak tahu faktor cuaca, kecepatan anginnya seperti apa,” tandasnya.

(okz/dtc)