Dobrak Pasar Dunia, Cina Bakal Bayar Impor Minyak Pakai Yuan

Harga minyak mentah dunia tergelincir pada perdagangan awal pekan ini yang dipicu oleh aksi ambil untung para pelaku pasar. (REUTERS/Sergei Karpukhin).

Menit.co.id – Alih-alih bayar impor minyak mentah pakai dolar Amerika Serikat seperti biasa, China bisa jadi pelopor di pasar global dengan memilih membayar transaksi mereka menggunakan mata uang nasionalnya, China Yuan.

Langkah yang kontroversial ini setidaknya dibocorkan oleh tiga orang pejabat di China yang memang mengetahui rencana kebijakan negeri tirai bambu tersebut kepada Reuters, sebagaimana ditulis oleh China Daily, Jumat (30/3/2018).

Menurut ketiga sumber tersebut, kebijakan ini dilakukan dalam upaya memperkuat posisi Yuan sebagai kurensi internasional. Pengalihan dolar AS ke Yuan untuk transaksi impor minyak ini diprediksi akan berdampak besar, mengingat minyak merupakan komoditas paling banyak dan ramai ditransaksikan di dunia setiap harinya dengan nilai tahunan bisa mencapai US$ 14 triliun.

Uji coba pembayaran dengan Yuan ini rencananya akan dilakukan di awal semester dua 2018, ucap dua sumber yang mengetahui.

Para pembuat kebijakan di China telah melakukan diskusi informal dengan berbagai institusi finansial untuk menyiapkan penilaian harga impor minyak ke dalam Yuan, ungkap 3 sumber lainnya yang terlibat dalam diskusi tersebut.

“Sebagai konsumen minyak terbesar, wajar jika China mendorong penggunaan yuan untuk pembayaran. Ini juga akan membantu likuiditas yuan di pasar global,” kata seorang sumber lagi yang berkepentingan.

China merupakan konsumen minyak terbesar kedua di dunia, di 2017 bahkan negara ini melengserkan Amerika Serikat sebagai negara pengimpor minyak terbesar di dunia.

Selama kebijakan ini masih didiskusikan, Beijing kemungkinan akan mencobanya dengan transaksi minyak dari Rusia dan Angola. Apalagi baik Rusia maupun Angola memang memiliki sentimen tersendiri kepada AS dan ingin melemahkan peran dominan dolar.

Rusia dan Angola adalah dua pemasok minyak terbesar ke China, disusul oleh Arab Saudi di peringkat tiga. Jika uji coba dan transaksi ini berhasil, ini bisa memicu ke komoditas lainnya untuk menggunakan yuan sebagai pembayaran termasuk logam dan komoditas tambang lainnya.

(cnbc/cnbc)

Exit mobile version