Alat Keperawanan Palsu Buatan Jepang Serbu Pasar Indonesia

Alat keperawanan palsu buatan Jepang banyak dipasarkan di Indonesia. Cukup ampuh buat mengelabui pasangan laki-laki.

Menit.co.id – Alat keperawanan palsu buatan Jepang banyak dipasarkan di Indonesia. Cukup ampuh buat mengelabui pasangan laki-laki.

Sebuah kotak berwarna cokelat berukuran 5 x 8 sentimeter begitu membuat penasaran. Konon, di dalam kotak itu terdapat alat yang bisa membuat perempuan menjadi ‘perawan’ lagi.

Begitu dibuka, kotak tersebut ternyata berisi dua saset, yang bentuknya mirip pembungkus alat kontrasepsi (kondom). Bedanya, pada kemasan saset itu terlihat ada kertas tipis dengan gumpalan cairan berwarna merah.

Cairan itulah yang disebut-sebut sebagai darah perawan palsu. Cairan tersebut tidak berbau dan tidak lengket.

“Barang ini asli buatan Jepang. Dan ini sangat aman karena kan darahnya bukan darah asli, darah buatan dari tanaman-tanaman herbal,” ujar seorang penjual alat perawan palsu, yang meminta namanya dirahasiakan, kepada detikX beberapa waktu lalu.

Si penjual yang mengaku berada di Surabaya, Jawa Timur, ini menyarankan konsumen segera ke kamar mandi untuk bersih-bersih ketika sudah selesai melakukan aksinya dengan alat tersebut. Sebab, bila masih berlama-lama berduaan, pasangan bisa curiga.

BACA : Laris Manis Bisnis Alat Keperawanan Palsu

Dikatakan penjual itu, alat perawan palsu yang beredar di Indonesia semuanya impor dari Jepang. Meski sudah menjual alat itu selama dua tahun, ia tidak pernah tahu efeknya.

Sebab, para pembeli hanya memesan via online. Selain itu, setelah membeli, tidak ada komunikasi lagi sehingga tidak ada testimoni dari si pemakai. Namun ia memberi sedikit bocoran, pembeli umumnya berusia 21-26 tahun.

Sementara itu, penjual alat perawan palsu yang menjual lewat situs perkasaplus mengatakan fungsi selaput dara palsu itu hanya untuk mengelabui pasangan, bukan berarti pemakai akan jadi perawan setelah menggunakan alat itu. “Jadi alat ini sifatnya hanya membantu pada malam pertama,” ujarnya saat dihubungi detikX.

Ia pun mengklaim alat tersebut aman digunakan. Alasannya, selama empat tahun berjualan alat itu, tidak pernah ada satu pun pelanggan yang komplain. Menurut dia, alat itu umumnya dibeli oleh perempuan yang hendak melangsungkan pernikahan. Sebab, sebelum menikah, perempuan tersebut pernah melakukan hubungan badan bukan dengan calon suaminya.

Pembeli alat perawan palsu ini, kata penjual perkasaplus, berasal dari Jakarta, luar Jawa. Bahkan tenaga kerja Indonesia yang pulang ke Tanah Air juga banyak yang membeli. “Pembeli yang paling banyak luar Jawa. Seringnya dari Aceh yang memesan,” tutur pria tersebut.

Namun, meski banyak peminat, jumlah penjualan alat perawan palsu tersebut masih kalah banyak dibanding ‘obat kuat’ yang juga dijualnya. Alat perawan palsu ini dalam seminggu rata-rata terjual hanya empat, terkadang hanya dua.

Tapi, diakui penjual ini, keuntungan yang didapat dari menjual alat perawan palsu cukup menggiurkan. Sebab, dengan dibanderol Rp 350 ribu, alat itu memberinya keuntungan Rp 200 ribu.

Ia mengenal alat ini sejak tiga tahun lalu lewat sebuah iklan di Facebook. Setelah itu ia mendaftar menjadi reseller.

Dari obrolan dengan agen penjual alat ini diketahui barang tersebut dibuat di Jepang. Sebab, di Negara Matahari Terbit banyak kasus pemerkosaan. Produk ini kemudian direkomendasikan untuk membantu korban pemerkosaan.

“Makanya di sana penjual banyak dan produk itu laris. Indonesia belum ada yang bikin,” ujar pria berusia 50 tahun tersebut.

BACA : Pakai Alat Keperawanan Palsu Satu Jam Jadi Perawan Lagi

Di pasaran Indonesia, ada dua merek alat perawan palsu yang sudah beredar, yakni Hymen Virginity atau Gigimo dan Joan of Arc. Keduanya hasil pabrikan Jepang.

Meski sudah banyak beredar di Indonesia, pria ini memastikan, alat tersebut tidak pernah diuji di Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Kementerian Kesehatan.

Saat dimintai konfirmasi soal alat perawan palsu, juru bicara Badan POM, Nelly, mengaku baru mendengarnya. “Tapi nanti saya coba cek kembali apakah sudah pernah dicek atau belum. Tapi, kalau mendengar alatnya seperti itu, mungkin bukan kita. Tapi saya cek dulu untuk kepastiannya,” jawab Nelly lewat sambungan telepon.

Beberapa saat kemudian, lewat WhatsApp, Nelly menjelaskan, saat ditanyakan ke direktorat terkait, alat itu belum pernah mereka uji. “Dan seperti yang saya sampaikan, selaput dara palsu tidak termasuk kosmetik. Jadi bukan pengawasannya Badan POM,” katanya.

Sementara itu, saat ditanya mengenai alat ini, juru bicara Kementerian Kesehatan Busroni tidak memberi tanggapan. Ia meminta detikX menanyakan kepada Badan POM.

Hendrivand, dokter spesialis obstetri dan ginekologi di rumah sakit swasta di Depok, pun mengaku tidak pernah mendengarnya dan tidak tahu apa efeknya.

“Saya kurang tahu, ya. Karena nggak tahu juga bentuknya seperti apa, apakah itu silikon atau plastik. Terus darah yang digunakan darah apa, asli atau nggak,” kata Hendrivand.

Ia hanya pernah tahu ada perempuan yang ingin mengencangkan organ kewanitaan menggunakan alat yang bernama Tongkat Madura. Bentuk alat tersebut seperti alat kelamin laki-laki yang mengandung kapur. “Cuma kan dari segi medis itu, ya, rusak. Karena vaginanya terbakar,” ungkap Hendrivand.

Bagi kalangan dokter, menjadikan perempuan seperti perawan lagi hanya bisa dilakukan melalui operasi hymenoplasty dan perionerasi. Sedangkan alat-alat yang beredar di pasaran hanya sebagai pilihan.

Aktivis perempuan Anita Dhewy mengutarakan alat perawan palsu tersebut bersifat sementara dan menjadi salah satu alternatif. Namun Anita menduga masih sangat jarang yang menggunakan alat perawan palsu karena keterbatasan akses dan harga yang mahal.

Alat tersebut muncul karena masyarakat ada yang masih berpandangan bahwa keperawanan penting sebagai tolok ukur pernikahan.

Menurut Pemimpin Redaksi Jurnal Perempuan ini, sebenarnya saat ini yang diperlukan adalah perubahan cara pandang seksualitas perempuan dan seksualitas laki-laki.

Sebab, selama ini banyak pria yang mengharapkan calon istrinya perawan, sementara perempuan tidak pernah menuntut calon suaminya perjaka.

“Dalam hubungan pernikahan itu, perempuannya harus perawan, misalnya, tapi tidak pernah dipersoalkan bahwa laki-lakinya juga harus perjaka. Nggak pernah disinggung dan seimbang. Di masyarakat kita kan seperti itu,” katanya.

Sumber: detikX

 

 

Exit mobile version